Wednesday 22 May 2013

Pertanyaan Terlemparmu,


Hal apapun yang berguna bagiku dan sedang aku kerjakan demi sebuah tujuan dalam hidupku pastilah aku kerjakan dengan sebaik mungkin, sesegera mungkin aku selesaikan. Aku tak akan ‘sambat’ (read: mengeluh) untuk waktu yang lama untuk hal-hal tersebut. Bukan hanya hal yang berguna dalam hidupku saja, melainkan waktuku akan terluangkan demi hal yang menyenangkan bagiku. Entah pekerjaan apapun yang membuat aku bahagai karenanya sudah barang tentu tak akan terbiarkan seorangpun mengusikku untuk melakukannya, apapun itu tanpa terkecuali. Meskipun hal-hal tersebut teranggapkan tak berguna bagi sebagian orang, misalnya:
1.      Seharian penuh berbetah diri pegang handphone, bukan untuk komunikasi. Namun, hanya demi bermain oprek-oprek tidak jelas. Handphone ku tidak rusak.
2.      Saat di rumah orangtua, menyapu lantai atau menata barang yang sebenarnya lantai tidak kotor dan barang-barang juga telah tertata dengan semestinya.
3.      Memindahkan perabot-perabot rumah dengan sesuka hati, tanpa menghiraukan pendapat orang orang lain.
4.      Lebih suka melakukan tindakan sendirian, keyakinanku sangat tinggi ketika ku sendiri. Rasanya begitu percaya diri tanpa bantuan orang lain.
5.      Kili-kili (membersihkan telinga) dengan rumbut, jangan gang aku ketika melakukan ini. Aku tak akan menghiraukan siapapun.
Di atas hanya sebagian kecil yang dapat terunggkapkan, sebagai catatan bahwa ketika aku bertindak sebagaimana tersebut tak akan bisa focus ketika di ajak berbicara dengan siapapun. Kesibukanku adalah sesuatu yang harus akan lakukan dengan sebaik mungkin dan tidak perlu meminta pertolongan orang lain hingga saat yang benar-benar sangat darurat karena itu akan menyusahkan orang lain. Aku mempercayai, orang lain sekalipun dekat secara pribadi denganku tidak semudah itu direpotkan, mereka punya tindakan yang harus dilaksanakannya sendiri. Itulah sedikit tentang duniaku.
            Pemaparan di atas sangat bertolak belakang dengan apa yang akan aku lakukan ketika di mintai tolong dengan orang lain, keburukanku. Tersadari olehku bahwa pribadi-pun harus humanis, pengertian ini dapat dijelaskan bahwa pribadi harus hidup layaknya manusia normal. Ada saatnya kita bersama dengan sesama, humanis inilah yang membuatku berkumpul dengan teman-teman di luar saudara yang aku kenal di dunia terlebih dahulu. Permasalah koheren dengan paragraph satu di atas adalah ketika orang lain sedang memintaku untuk melakukan hal daripadanya. Mood, senantiasa datang menghampiri ketika aku harus melakukan suatu hal untuk orang lain. Suasana hati sangat menentukannya, hingga aku sering mengulur waktu jikalau dimintai tolong meskipun aku tahu itu sangat dibutuhkannya. Entah apa yang mereka pikirkan ketika harus minta tolong padaku dan aku tak segera melaksanakan teruntuknya.
            Salah orang? Iya, itulah frasa yang tepat ketika mereka meminta tolong kepadaku. Pernahkah aku melakukan itu terhadapmu? Jikalau tepat adanya aku meminta maaf atas kesadaranku menelantarkan permintaanmu. Di lain sisi, aku sangat antusias ketika apa yang aku kerjakan untuk mereka adalah sesuatu yang aku gemari sebagaimana ucapku pada paragraph satu. Lewat ungkapan ini setidaknya nanti aku akan bertanya, pertanyaan ringan yang tak perlu jawaban, dan sebuah pertanyaan yang terpikarku membutuhkan suatu jawaban meskipun tanpa sebuah penjelasan. Berikut ini merupakan yang tidak perlu jawaban, Apakah aku benar seoorang egois setelah mereka atau kalian membaca ini? Dan pertanyaan yang sangat aku butuh jawaban adalah, Egoiskah Aku?
            Ku harap aka nada sebuah jawaban atas pertanyaan yang sudah terlempar untuk kalian, teruntuk mereka. Ucap terimakasih senantiasa ku ucap atas kesudiannya membaca dan berkenannya untuk menjawab.
Tanpa  kata penutup yang manis, inilah aku.
Erik Deka, 22 May 2013 5:27

No comments:

Post a Comment