Hal apapun yang berguna bagiku dan
sedang aku kerjakan demi sebuah tujuan dalam hidupku pastilah aku kerjakan
dengan sebaik mungkin, sesegera mungkin aku selesaikan. Aku tak akan ‘sambat’
(read: mengeluh) untuk waktu yang lama untuk hal-hal tersebut. Bukan hanya hal
yang berguna dalam hidupku saja, melainkan waktuku akan terluangkan demi hal
yang menyenangkan bagiku. Entah pekerjaan apapun yang membuat aku bahagai
karenanya sudah barang tentu tak akan terbiarkan seorangpun mengusikku untuk
melakukannya, apapun itu tanpa terkecuali. Meskipun hal-hal tersebut
teranggapkan tak berguna bagi sebagian orang, misalnya:
1.
Seharian
penuh berbetah diri pegang handphone, bukan untuk komunikasi. Namun, hanya demi
bermain oprek-oprek tidak jelas. Handphone ku tidak rusak.
2.
Saat
di rumah orangtua, menyapu lantai atau menata barang yang sebenarnya lantai
tidak kotor dan barang-barang juga telah tertata dengan semestinya.
3.
Memindahkan
perabot-perabot rumah dengan sesuka hati, tanpa menghiraukan pendapat orang
orang lain.
4.
Lebih
suka melakukan tindakan sendirian, keyakinanku sangat tinggi ketika ku sendiri.
Rasanya begitu percaya diri tanpa bantuan orang lain.
5.
Kili-kili
(membersihkan telinga) dengan rumbut, jangan gang aku ketika melakukan ini. Aku
tak akan menghiraukan siapapun.
Di
atas hanya sebagian kecil yang dapat terunggkapkan, sebagai catatan bahwa
ketika aku bertindak sebagaimana tersebut tak akan bisa focus ketika di ajak
berbicara dengan siapapun. Kesibukanku adalah sesuatu yang harus akan lakukan
dengan sebaik mungkin dan tidak perlu meminta pertolongan orang lain hingga
saat yang benar-benar sangat darurat karena itu akan menyusahkan orang lain. Aku
mempercayai, orang lain sekalipun dekat secara pribadi denganku tidak semudah
itu direpotkan, mereka punya tindakan yang harus dilaksanakannya sendiri.
Itulah sedikit tentang duniaku.
Pemaparan di atas sangat bertolak
belakang dengan apa yang akan aku lakukan ketika di mintai tolong dengan orang
lain, keburukanku. Tersadari olehku bahwa pribadi-pun harus humanis, pengertian
ini dapat dijelaskan bahwa pribadi harus hidup layaknya manusia normal. Ada saatnya
kita bersama dengan sesama, humanis inilah yang membuatku berkumpul dengan
teman-teman di luar saudara yang aku kenal di dunia terlebih dahulu. Permasalah
koheren dengan paragraph satu di atas adalah ketika orang lain sedang memintaku
untuk melakukan hal daripadanya. Mood, senantiasa datang menghampiri ketika aku
harus melakukan suatu hal untuk orang lain. Suasana hati sangat menentukannya,
hingga aku sering mengulur waktu jikalau dimintai tolong meskipun aku tahu itu
sangat dibutuhkannya. Entah apa yang mereka pikirkan ketika harus minta tolong
padaku dan aku tak segera melaksanakan teruntuknya.
Salah orang? Iya, itulah frasa yang
tepat ketika mereka meminta tolong kepadaku. Pernahkah aku melakukan itu
terhadapmu? Jikalau tepat adanya aku meminta maaf atas kesadaranku
menelantarkan permintaanmu. Di lain sisi, aku sangat antusias ketika apa yang
aku kerjakan untuk mereka adalah sesuatu yang aku gemari sebagaimana ucapku
pada paragraph satu. Lewat ungkapan ini setidaknya nanti aku akan bertanya,
pertanyaan ringan yang tak perlu jawaban, dan sebuah pertanyaan yang terpikarku
membutuhkan suatu jawaban meskipun tanpa sebuah penjelasan. Berikut ini
merupakan yang tidak perlu jawaban, Apakah aku benar seoorang egois setelah
mereka atau kalian membaca ini? Dan pertanyaan yang sangat aku butuh jawaban
adalah, Egoiskah Aku?
Ku harap aka nada sebuah jawaban
atas pertanyaan yang sudah terlempar untuk kalian, teruntuk mereka. Ucap terimakasih
senantiasa ku ucap atas kesudiannya membaca dan berkenannya untuk menjawab.
Tanpa
kata penutup yang manis, inilah aku.
Erik
Deka, 22 May 2013 5:27
No comments:
Post a Comment