Saturday 15 June 2013

Mencoba via mobile

Selamat pagi, kali ini hanya ingin menulis via hape yang sudah dua bulan menemaniku. Yah, kali ini mencoba mengetik blog dengan imo s88/discovery. Jarang banget betah pakai hape china, tapi setelah mengenal ini hape, pandanganku tentang hape china berubah. Dulu aku menyangka kalau hape china itu tak pantas untuk di miliki. Pemikiranku dulu hape china cuma bisa tiru-tiru model sama ikon di homescreennya. Waktu jaman SMA (2007) bentuk hape china yang qwerty keyboard sudah umum dan berkesan jadi blackberry jadi-jadian, beh ga suka lihatnya! Aku memang dari dulu kurang suka sama bb, karena paketannya itu lho, mahal minta ampun, mending buat uang bensin motor mio-ku (anak SMA uang jajannya terbatas). Semenjak SMA aku sudah pakai nokia symbian, 7610 adalah symbian pertamaku dan sekarang masih sehat, sesekali masih aku gunakan kalau androidku ini kehabisan baterai. Suka banget mooding hape symbian, mulai symbian 6,7,8,9 dan peranakannya, sangat ternikmati olehku. Upsh!! Ini kok jadi ngomongin hape sih?? Tadi postingan kali ini kan hanya ingin bercerita tentang aplikasi blogger buat android yang baru saja aku install kok malah ngobrol 'ngalor-ngidul' (read: kemana-mana). Sudah yah, nanti di sambung lagi kalau banyak waktu buat mgetik di virtual keyboard pada layar 4.3 inci ini :D
#SalamAndroid
Follow instagramku @erikdeka thx

Saturday 8 June 2013

Pagiku di 9 Juni 2013



Sugeng Enjing, Selamat Pagi, dan Jo Reggelt (Hungarian)!
Semoga di pagi yang cerah ini (cuaca kota Rembang) kita semua senantiasa dalam berkah dan lindungan-Nya.
[semua bilang ‘ameeen’]
Terinspirasi dari teman SMA yang semalam bertanya tentang genre dalam update statusku, kali ini akan terketikkan olehku sebuah cerita naratif.
(halah!!! Ngomong aja lu mau curhat!)
[so What? Masalah buat elu pada? Sudah, sudahi saja perdebatan ini]
Pagiku kali ini terawali dengan membuka mata di kasur lantaiku, yap! tiap kali pulang rumah jarang tidur di kamar. Rasanya lebih memilih tidur di ruang tengah hanya dengan beralaskan kasur lantai yang lumayanlah bisa untuk tidur. Semalam agaknya tidurku tidak terlalu larut, tapi entah kenapa lupa olehku untuk mematikan laptop yang sedari malam menayangkan film rectoverso. Sejatinya bangunku pagi ini bukan atas kehendakku tapi ‘Tumbas…tumbas’, suara itu terdengarku dan segera keluar dari peraduanku untuk menemui gerangan yang sudah ada di depan rumah. Tanpa cuci muka ataupun beres-beres wajah, ku layani pembeli yang menginginkan deterjen dan pewangi pakaian itu.
Well done, pagi ini-pun terasa special. Masih jam pagi dan mendapatkan bingkisan dari temennya ibuku yang berisikan beranekaragam makanan berat yang kiranya sangat cocok untuk mengisi perutku pagi ini (tadi aku lupa menanyakan nama mas yang kasih tu bingkisan, selang beberapa menit ibuku telpon dan tanya kepadaku ‘Mas Fajri mpun dugi griya?’ [Mas fajri sudah nyampe rumah?] nah, dari obrolan dengan ibuku baru aku tahu kalo namanya Mas Fajri)
Oke, waktu pada jam ponselku menunjukan pukul 7.03 am, dengan segera aku ambil hidangan pada bingkisan itu dan mari sarapan kawan. Sudah menjadi hal yang biasa jika aku di rumah yaitu sarapan sendirian.
Taraaaaa, seusainya sarapan, dengan antusias yang cukup menjanjikan segera membuka warung dan menyapu untuk menarik pelanggan. Menjadi seorang pelayan toko, inilah pekerjaanku ketikaku di rumah (sebenarnya bukan pelayan sungguhan sih, hanya penjaga toko, tiap kali ada pembeli dan aku tak tahu harganya pasti telpon ibu yang sedari pagi sampai nanti siang berada di Pasar)

Oiya, lupa ku ceritakan tadi, ibu tadi berpesan kepadaku
“Endog nek milih dhewe regane 1.300, seprapat 4.500, mundhake lumayan”
(Telur kalau pembeli milih sendiri harganya 1.300, seperempat 4.500, harganya naik)
Harga sembako memang paling sering berubah, aku lebih suka jualan snack ringan yang harganya jarang naik dan aku hafal karena kalau di kosan sering beli makanan ringan seperti itu. Di usia yang sudah segini (apa? tua?) [bukan! dewasa], aku masih suka jajanan kaya chocolatos, better, malkist atau apapun itu yang harga ecerannya 500 rupiah. Berhubung di Semarang, sebelah kosanku ada toko yang jualan seperti itu jadi ya acapkali beli jajanan di situ.
Saat menulis cerita ini-pun aku stay di warung dan sesekali melayani pembeli, jadi ya kalau tak ada pembeli aku mulai mengetik lagi sembari memikirkan apa yang mesti aku ceritakan.
Eh, maaf ya pembaca, kiranya harus aku lanjut nanti aja. Ini saya sendirian di warung tak ada kawan dan dapet telpon dari ibu barang apa aja yang kiranya sudah hampir habis. Ok, postingan ini cukup sekian dulu ya.
Erik Deka, 9 Juni 2013, 9.05 am (Putra kedua dan terakhir pasangan yang begitu mencintai keluarga melebihi apapun, Subaidi & Nyamini)