Wednesday 22 May 2013

Scriptsweet

       Fyuhhh!!! Selamat siang yang begitu panas (lokasi Semarang-Jawa Tengah). Baru pulang dari ngampus neh, gilak perjalanannya balik kos rasanya lama banget gara-gara panasnya minta ampun, #lebaytingkatdewa
haha, maaf dech, curhat dulu sebelum ngeblog. Anyway, postingan kali ini emang pengen curhat sih, bole yaah!! Kalo gag boleh ya jangan di baca ne postingan!! #marahbesar
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
       Pagiku di mulai dengan sholat subuh, habis itu rencananya mau balik tidur lagi sih, but tak bisa ku lakukan. Entah, terpikir olehku tentang instrument penelitian yang akan segera aku lakukan bulan ini. Apa ini yang namanya SKRIPSI yah, padahal seperti tugas kuliah biasa. Anggap seperti itulah yang ada dipikiranku waktu dulu. Aku kira skripsi tak ubahnya sebuah tugas kuliah yang  biasa ku kerjakan, tapi semua itu tidak benar adanya. Berhubung skripsiku mengenai linguistik, mau taak mau harus bergelut dengan dunia 'lisan' yang dalam artian membutuhkan orang lain sebagai informan. Informan inilah yang nantinya akan menghadapi instrumentku dan sebagai pokok pembahasan. Sebenarnya sudah beres dan lulus koreksi dengan kedua dosen pembimbing, yang mengusik pikiran adalah hari ini instrument itu bakal di koreksi sama dosen pengujiku besok waktu sidang skripsi (berusaha perfect biar tak revisi). 
Nah, tadi pagi akhirnya ngampus jam 9 dan langsung menemui dosen penguji. Beliau-nya tadi lagi baca-baca koran bergambarkan wayang gitu. Saking asyiknya baca koran, jadi terungkan niat buat mengganggu beliau dan menantinya di kursi tunggu dekat riuang dosen. Selang beberapa menit temen saya bilang sama aku buat cepetan menemui dosenku, takutnya nanti ngajar dan susah di temui. Alhasil, aku bulatkan tekad sepenuh hati untuk segera menemui dosen pengujiku. Huwaaaaa, waktu mau ngomong rasanya 'ndredek' banget, tadi aku tanyakan, apakah skripsi saya sudah di baca pak?
kalian tahu apa jawabannya, beliau belum baca skripsiku dan besok di suruh menemui lagi jam 9 tepat di ruangannya. 
       Segenap hatiku luluh lantah mendengar jawaban beliau, akhirnya ku putuskan buat jb (join bareng) sama temen-temen seangkatan yang juga ngantri kehadiran dosen. Menggila bersama mereka, bercanda dan ngobrol 'ngalor-ngidul'  ga jelas gitu. Mungkin inilah yang namanya mahasiswa tingkat akhir, harus bertabah dan bersabar diri.
       Setelah hampir sejam gabung bersama temen seangkatan, aku bertolak ke PKM (pusat kegiatan mahasiswa) fakultasku. Niatnya cuma bertegur sapa dan reuni kecil-kecilan bersama aktivis kampus lainnya sih, eh..eh.. sesampainya di situ malah di ajak ngobrol all about thesis again!! berhubung aku orang baik dan dan suka menolong, jadi ya aku tanggepin lagi ocehan bersama teman-teman aktivis sejurusan yang notobene-nya adik kelasku yang sekarang lagi bingung mikirin judul skripsi untuknya nanti. Di depan PKM tadi bertemu dengan Yonif, Hapipah, Esthi, Tia, Tiara dan banyak lagi yang tak bisa aku sebutin satu-satu. Percakapan di antara kamipun berakhir jam 11, karena aku mesti ke dekanat untuk mengambil surat ijin penelitian tentang skripsiku (Alhamdulillah, finally my research begin, Thx Allah).
       Selepas mengambil surat dari dekat, ku tak menghiraukan sekitarku lagi. Aku ingin cepet pulang kos dan segera mencuci baju di siang yang panas ini.

Nah, kiranya itu dulu yang dapat ku ceritakan, sekarang ku-pun akan segera ke kamar mandi untuk mencuci baju #AnakKosTeladan :D

Regrads,
@erikdeka



Pertanyaan Terlemparmu,


Hal apapun yang berguna bagiku dan sedang aku kerjakan demi sebuah tujuan dalam hidupku pastilah aku kerjakan dengan sebaik mungkin, sesegera mungkin aku selesaikan. Aku tak akan ‘sambat’ (read: mengeluh) untuk waktu yang lama untuk hal-hal tersebut. Bukan hanya hal yang berguna dalam hidupku saja, melainkan waktuku akan terluangkan demi hal yang menyenangkan bagiku. Entah pekerjaan apapun yang membuat aku bahagai karenanya sudah barang tentu tak akan terbiarkan seorangpun mengusikku untuk melakukannya, apapun itu tanpa terkecuali. Meskipun hal-hal tersebut teranggapkan tak berguna bagi sebagian orang, misalnya:
1.      Seharian penuh berbetah diri pegang handphone, bukan untuk komunikasi. Namun, hanya demi bermain oprek-oprek tidak jelas. Handphone ku tidak rusak.
2.      Saat di rumah orangtua, menyapu lantai atau menata barang yang sebenarnya lantai tidak kotor dan barang-barang juga telah tertata dengan semestinya.
3.      Memindahkan perabot-perabot rumah dengan sesuka hati, tanpa menghiraukan pendapat orang orang lain.
4.      Lebih suka melakukan tindakan sendirian, keyakinanku sangat tinggi ketika ku sendiri. Rasanya begitu percaya diri tanpa bantuan orang lain.
5.      Kili-kili (membersihkan telinga) dengan rumbut, jangan gang aku ketika melakukan ini. Aku tak akan menghiraukan siapapun.
Di atas hanya sebagian kecil yang dapat terunggkapkan, sebagai catatan bahwa ketika aku bertindak sebagaimana tersebut tak akan bisa focus ketika di ajak berbicara dengan siapapun. Kesibukanku adalah sesuatu yang harus akan lakukan dengan sebaik mungkin dan tidak perlu meminta pertolongan orang lain hingga saat yang benar-benar sangat darurat karena itu akan menyusahkan orang lain. Aku mempercayai, orang lain sekalipun dekat secara pribadi denganku tidak semudah itu direpotkan, mereka punya tindakan yang harus dilaksanakannya sendiri. Itulah sedikit tentang duniaku.
            Pemaparan di atas sangat bertolak belakang dengan apa yang akan aku lakukan ketika di mintai tolong dengan orang lain, keburukanku. Tersadari olehku bahwa pribadi-pun harus humanis, pengertian ini dapat dijelaskan bahwa pribadi harus hidup layaknya manusia normal. Ada saatnya kita bersama dengan sesama, humanis inilah yang membuatku berkumpul dengan teman-teman di luar saudara yang aku kenal di dunia terlebih dahulu. Permasalah koheren dengan paragraph satu di atas adalah ketika orang lain sedang memintaku untuk melakukan hal daripadanya. Mood, senantiasa datang menghampiri ketika aku harus melakukan suatu hal untuk orang lain. Suasana hati sangat menentukannya, hingga aku sering mengulur waktu jikalau dimintai tolong meskipun aku tahu itu sangat dibutuhkannya. Entah apa yang mereka pikirkan ketika harus minta tolong padaku dan aku tak segera melaksanakan teruntuknya.
            Salah orang? Iya, itulah frasa yang tepat ketika mereka meminta tolong kepadaku. Pernahkah aku melakukan itu terhadapmu? Jikalau tepat adanya aku meminta maaf atas kesadaranku menelantarkan permintaanmu. Di lain sisi, aku sangat antusias ketika apa yang aku kerjakan untuk mereka adalah sesuatu yang aku gemari sebagaimana ucapku pada paragraph satu. Lewat ungkapan ini setidaknya nanti aku akan bertanya, pertanyaan ringan yang tak perlu jawaban, dan sebuah pertanyaan yang terpikarku membutuhkan suatu jawaban meskipun tanpa sebuah penjelasan. Berikut ini merupakan yang tidak perlu jawaban, Apakah aku benar seoorang egois setelah mereka atau kalian membaca ini? Dan pertanyaan yang sangat aku butuh jawaban adalah, Egoiskah Aku?
            Ku harap aka nada sebuah jawaban atas pertanyaan yang sudah terlempar untuk kalian, teruntuk mereka. Ucap terimakasih senantiasa ku ucap atas kesudiannya membaca dan berkenannya untuk menjawab.
Tanpa  kata penutup yang manis, inilah aku.
Erik Deka, 22 May 2013 5:27

Monday 20 May 2013

KKN Brangsong - Kendal, Bagian II


Selasa, 30 Oktober 2012.
            Selamat pagi Desa Brangsong :D, semoga cerah senantiasa, hoaam… akhirnya bangun juga dari tidur beralaskan kasur lantai :p. Yaha, inilah pagi pertamaku di tempat KKN yang begitu mempesona. Pagi-pagi udah keliling pasar, jalan-jalan pagi dan bercengkrama dengan tetangga sekitar. Selasa berkibar dech pokoknya (kumat allaynya).
            Sebelum ku teruskan cerita di hari ini secara panjang lebar kali tinggi, aku mau curhat bentar neh, boleh kan? (boleh ga boleh bakal aku ceritaiin, ini kan aku yang bikin cerita, so terserah aku dong!! #egois haha). Neh, cerita kaya gini, di harai pertama itu kan seharusnya aku memberikan sambutan untuk acara pembukaan di kantor kecamatan tapi berhubung gedungnya di pakai buat acara lain jadi terpaksa planning itu dibatalin (ini belum parah). Ceremonialnya jadi hambar tapi aku suka banget, soalnya jadi menyingkat waktu hehe, so HOT there. Moment paling jleb seusai ceremonial adalah ketika aku sadar bahwa ranselku tak ditemukan disemua mobil yang ngangkut barang-barang anak KKN se-Kecamatan Brangsong. Oh my god!! Bajuku, hapeku, cela** da**mku… huwaaaaa, aku harus gimana. Teman-teman yang lain pada panic juga, mereka mencoba mencari di sana-sini tapi ga ada hasil (maaf dah membuat kepanikan di hari penerjunan ini, meskipun waktu itu aku belum kenal kalian, kalian setia menemaniku di saat duka lara, #kumatedan). Kamipun bernapas lega ketika Ummi berhasil menghubungi temannya di kecamatan lain dan bilang kalau tasku sekarang aman di sana (puji tuhan dan alam semesta). Udah segitu dulu curhatnya, kembali ke cerita pagi ini, hahaa….
            Its time tuk pergi ke kecamatan, iyah, kemaren udah masukin surat dari kampus dan kayaknya udah desposisi gitu dech. Upsh! Bahasanya agak aneh,, hari ini itu agendanya bagiin surat undangan ke tiap-tiap desa se-kecamatan Brangsong, Sungguh! Agaknya berat L, Tuhan Lindungi kami tuhan J. Sebenarnya itu yang harus menanggung semua ini adalah si Aji Sempong, kalian tau kormacam? Kormacam itu akronim dari Koordinator Mahasiswa Kecamatan, nah dulu itu yang terpilih menjadi kormacam itu si Aji berdasarkan pemilu gubernur  yang diadakan oleh Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Pak. Boenasir. Tapi malah di sodorinn ke aku itu jabatan, huwaaaa…. AJIK!! Kau harus menemaniku di saat apapun! Kau membuatku terjerumus dalam jurang perjuangan ini,,, hahaha
            Setelah dapet surat dari kecamatan, aku balik ke Posko dan kami seposko cari makan bareng di Warungnya Pak., Jayuri. Kami bersepuluh berbondong-bondong keluar markas dengan keadaan yang menawan (hueekk) so pasti, warga sekitar memandangi kami semua.
“how are u today?” sapa seorang warga,, (ups, salah-salah, ini bukan di Luar Negeri  :D)
Tiap kali ketemu warga pasti ditanya, “mbak/mase KKN wonten mriki nggih?” (ina: mbak/masnya KKN disini ya?). kami-pun menjawab “nggih bu”. Tapi ada juga yang ga jawab, salah satunya Danti dan Eni, tiap kali ada orang yang tanya mereka malah senyum, (hhmm, mungkin ada yang salah sama mereka, tapi apa coba?? #lupakan).
Saat KKN aku dan Aji berasa jadi kamus berjalan, soalnya kami kan dari Jurusan Bahasa Jawa, haha,,,sombong dikit boleh yah. Pasti pada Tanya “eh…eh… kalau ngomong kayak gini bahasa Jawanya” ciee… laris manis pokoknya, jadi rebutan dech :D.
Kami-pun selesai makan di warungnya Pak. Jayuri, untuk rasa dan harga…hmmm pas lah J. Di kedua ini, kami memulai menyusun tata tertib yang wajib di lakukan oleh semua anak-anak tanpa terkecuali. Kami bikin jadwal piket di posko, piket di balai desa, tugas yang harus dilakuin selama 45 di desa (program kerja), kali ini kami sangat serius, serius banget hingga tak terasa sudah siang dan aku lapar lagi.. hahaa, Akhirnya kami mensetujui untuk mulai siang ini kami akan masak untuk makan, gerakan masak ini di pelopori oleh si Mbok a.k.a Liana. Penuh keganasan, doi langsung menodong kita-kita, “sini 50rebu!! 50rebu, kita nyoba iuran 50rebu per anak dan kita coba bertahan hidup dengan uang segitu!!” kami-pun hanya bisa menjawab “Laksanakan!!”. Uang udah terkumpul, si mbok bergegas ke pasar ditemani Ummi, Rega, dan Yani a.k.a Roker. Mereka berempat ke pasar untuk member kami sesuap hidangan :D, sungguh mulia tindakan mereka. Kami cowok-cowok (aku,aji,frendy,yohan) sian menanti kalian :D.
Zzzzzzz……. Sejam kemudian,
Hidangan sudah jadi, mari makannn….. nyam…nyamm….
Kami sehari itu tidak keluar posko, malamnya-pun kami masak dan sesekali menganalisis program kerja yang telah kami susun. Malam semakin larut, inilah kami bersepuluh. 4 orang cowok dan 6 orang cewek, rumah ini bakal menjadi saksi kehidupan kita bersama selama 45 hari. KKN ini pula-lah pertama kalinya merasakan hidup bersama teman-teman yang tak saling kenal satu sama lain. Kami adalah mahasiswa KKN lokasi, yang mana pemilihan tempat KKN di tentukan secara random/acak oleh Universitas. Beda Jurusan, beda fakultas dan kami menyadari harus sesegera mungkin saling mengenal dan memahami karakter masing-masing. Aku pribadi mencoba menghormati mereka, meskipun kelihatanya kocak tapi mesti tahu etika. Malam ini dengan biasa, para cowok tidur di ruang kelurga dengan alas yang cukup membuat kami hangat, dan para ladies tidur di kamar.

Bersambung.

Termangu Terpikirkanku.



Tuhan, apa aku harus memikirkan seperti layaknya mereka yang telah bercerita masa depannya kepadaku, apakah itu bukan mainstream?  Yah, tau sih yang berpikir terlalu dalam tentang kehidupan masa depan itu mungkin hanya sebagian kecil mahasiswa saja, jadi mereka itu yang tidak mainstream (pertanyaanku terjawab sendiri olehku). Entah kenapa obrolanku malam ini dengan seorang teman dekat terasa menusuk diri dan membuatku merenung atas perkataannya.
“Kemarin waktu liburan, aku bertemu dengan keluarga muda. Anaknya tiga, lucu-lucu pula” ungkap temenku tadi.
“terus?” jawabku
Yah, kira-kira umurnya kurang dari 30 tahun gitu. Dah pake mobil terus kehidupan mereka mesra banget, bapak gendong anak, ibunya juga, putranya yang satunya lagi jalan sendiri” imbuhnya dengan riangnya.
Dia mengutarakan padaku akan keinginan hatinya untuk memiliki keluarga yang seperti itu dengan segera. Di umurnya yang lebih muda setahun dari aku, dia sudah berpikir bilamana selepas kuliah dan memiliki keluarga akan mengajari anak-anaknya akan kehidupan yang suka menabung.
“Nah, jadi mulai dari anak pertama sudah ditanemin tu rasa berhemat. Beli celengan (tempat menabung) yang bentuknya lucu-lucu” tangkasnya. Dia akan mengajari anak-anaknya akan pentingnya hidup yang penuh ketepatan, mulai dari materi hingga waktu. Tak hanya bercerita begitu saja, dia mengungkapkan padaku kehidupan suami-istri itu harus berjalan berdampingan. Maksudnya jikalau salahsatu dari suami-istri ada yang terpuruk, aka nada yang membangkitkan dan berusaha untuk merangkul demi kehidupan keluarga dapat berjalan dengan baik.
“Kalau sama-sama jatuh, gimana nasib anak-anak coba?” dia memberi alasan kepadaku.
“Suami-istri harus kerja, gag boleh enggak. Kalau udah punya anak, baru deh si istri harus berdiam diri di rumah dan menjaga si baby hingga siap di tinggal kerja lagi” sambungnya.
            Tak kuasaku mendengarkan semua ceritanya. Kami bertemu hanya sekitar dua jam, namun ceritanya tak semuanya dapat aku ceritakan di sini (maaf privasi). Aku sempat terdiam beberapa menit dan sesekali melontarkan pernyataan kepadanya.
“Kamu itu hebat ya, sudah mikir seperti sedalam itu. Aku yang seumur segini belum kepikiran lho, sumpah!”
“Kenapa kita tidak ngobrol tentang hal yang lain saja, how about our skripsi?, how about your activities at campus today? Ayolah kita bisa bercerita dengan topik yang lain kan?” imbuhku,
Entah aku salah ngomong atau salah ucap kepadanya, but at least aku dah mengutarakan apa yang aku inginkan. Tuhan, maafkanku jika aku telah mengingkan hal yang standar dalam kehidupan. Hingga saat ini aku belum pernah membayangkan kedepan aku akan bagaimana, aku hanya berusaha untuk segera mungkin lulus dari kampus  dan memantabkan hati untuk wisuda tahun ini, dapet kerja dan membahagiakan kedua orangtuaku dan juga saudaraku yang telah membantu baik financial maupun pikirannya hingga aku berdiri hingga saat ini. Tanpa mereka aku tak mampu rasanya menjalani hidupku hingga saat ini. Merekalah yang wajib aku pikirkan untuk waktu kedepan. Orang-orang yang aku temui setelah mereka menjadikan penyedap kehidupanku, prioritasku akannya adalah setelah keluargaku.
            Menyimak ucapan temanku, terbesit the big question. Yaha, its so hard to explain it, but wanna share it and doesn’t expect the answer or argument (maaf jikalau ada kesalahan).
“Kapan Saya NIKAH?” mungkin itulah inti daari percakapan ngalor-ngidul (read: panjang) yang di utarakan temeanku. Semua itu butuh kesiapan, ku tak tahu kapan tersipkan diri ini untuk hal tersebut. Kupercayakan Tuhan mengaturnya.
Erik Deka, May 20, 2013
Terimakasihku untuk temanku atas ceritanya.

Catatan KKN Brandal (Brangsong-Kendal) 2012 - Bagian I



Catatan KKN Brandal (Brangsong-Kendal) 2012
Senin, 29 Oktober 2012.
Fajar senantiasa menyapa dalam hari-hari hidupku, begitu juga kali ini.
“Whoam…. Huwaaaa” udah jam segini. Iyah, jam dihapeku nunjukin jam 05.37. Udah lumayan pagi ini, mengingat sms yang kemaren digelontorin si Kormadesku harus kumpul dilapangan FIK-Unnes tepat pukul 6.30. Dengan secepat kilat menghantar Ups! Allaiey juga nich, segeralah kuambil gayung dan mandi then bergegas kumpul di lapangan FIK.
            Yeah!! Lapangan FIK-Unnes udah kayak sarang penyamun mahasiswa (red). Para calon Sarjana yang rata-rata dari semester tujuh program studi kependidikan udah pada kumpul gag jelas arah tujuan :D  mengemban misi kampus konservasi untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tuhan, Lindungi umatmu ini yach (gumamku dalam hati).
Cuzz… lanjut, nah pokoknya dilapangan FIK-Unnes udah kumpul banyak banget mahasiswa yang totalnya lebih dari seribu. Mereka siap-siap KKN dikota KENDAL beribadat. Yah, untuk Kendal ada banyak banget kecamatannya but yang kutahu detailnya itu hanya di kecamatan Brangsong. Dikecamatan itu ada duabelas desa yang jadi sasaran tempat KKN. Berhubung jadi coordinator kecamatan, sebisa mungkin aku menghafal nama-nama desa tersebut.
Udah dech kok malah curhat ginih sich!!
Nah, semua mahasiswa yang KKN dikendal udah pada kumpul, setiap kecamatan udah disediain mobil-mobil yang siap ngebawain  barang-barang bawaan mahasiswa yang gede-gedenya minta ampun.  (Upsh! Sorry habis maem siang sama temen KKN jadi berhenti dulu ;p)
………………………………………………………………………………………………………
Sebelum pemberangkatan ke tempat KKN kita semua berdoa, cuz….. mobil berjalan menuju kecamatan Brangsong, aku sih pake vega biru bareng teman-teman sekecamatan. Yummii…Akhirnya sampai juga dikecamatan Brangsong.
Puannnnnnnnaasss beud, iya itu kata yang tepat buat ngungkapin rasa yang kami rasa :D
Nah, abis itu kami (mahasiswa KKN se-kecamatan Brangsong) disambut dengan ceremonial didepan lapangan yang WOW panas, berdebu (KKN banget :D). Upacara-pun berakhir, kami dijemput Pak Lurah masing-masing desa, ada yang pake tossa, pick-up, gag ada andong L hehe.. especial buat mahasiswa didesaku, Desa Brangsong kami gag ada jemputan yang special kaya gitu, kami jalan kaki.. hufh! Malang banget kan?? Bayangkan kami disuruh jalan kaki diatas terik mentari yang menyengat begitu HOT (lebaii dikit boleh kan? hhe), tapi gag apalah, lha wong posko desa brangsong Cuma 10meter dari tempat upacara, tepatnya dibelakang kantor kecamatan. Hhaaa… tempat begitu sempurna, serasa Cuma pindah kosan saja.
Kami serombongan yang jumlahnya sepuluh ekor berbondong-bondong bawa barang bawaan yang ajib gile beratnya. Setelah masukin barang, kami disidak, apah?? Baru hari pertama saja udah ada sidag! Enggak-enggak… Pak. Lurah beserta 2dua staffnya berkunjung memberikan nasehat serta wejangan gitu dech, ya idep-idep salam kenal. Hehee..
Hari pertama kami tak ada agenda selain istirahat dan saling kenal satu sama lain, oiya sebelum melangkah lebih jauh persilakan saya untuk memperkenalkan temen-temen seposko saya yang total berjumlah sepuluh ekor ituh, this is it, we are brandal beribadat :D
1.      Frendy Chintamana, iyah dia kormades kami, cowok kelahiran purworejo ini hobinya sama kayak boybabd-boyband korea gituh, apa coba? Foto-foto! Gilak, narsis juga ne anak. Jurusannya, Pendidikan Geografi, tukang survey tanah,, hhaaaaaa #piss kormades kami inipun seringnya galau kagak jelas haaaaa :D banyak mikirin kami yang membandel mungkin yach.
2.      Yohanes bla….blaa……saya sih seringanya panggil johan, tapi diposko beken om. Yohan :D cowok berperawakan bongsor asli Pati ini dari Pendidikan Seni Musik. Hobynya main gitar, keyboard, saking hobynya ortunya mpe rela nganter keyboard kesayangan keposko dari pati mpe Kendal, salut for his parents, pake bawaain  jajan pula :D
3.      Aji Dwi Abdillah, nah, say amah kenal bangeetsz sama yang satu ini, iya iyalah, dia itu temen sejurusannku, yah walo jarang sekelas tapi  kenal beud (red:banget). Cowok asli purbalingga yang udah gag ngapak ini dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Yeah! Berkat doi kami bisa nancepin papan posko yang perlu ditanem agak dalem. Thanks dude J
4.      Liana a.k.a si Mbok, heehee.., gadis yang ngaku lugu ini bermukim di Ungaran sedang nempuh Pendidikan Ekonomi. Doi inilah yang jadi pimpinan posko. Doi hobi banget masak, tapi pagi aja masak oceng-oceng (Allay!) tapi si Mbok gag suka makan banyak, soalnya si Mbok lagi diet, moga sukses ya mbok dietnya, besok kalo nikah jangan lupa undang kamii mbokk :D
5.      Danti zzzzzz…….(tidur dulu ah, :p) cewek yang sekota sama saya a.k.a Rembang ini dari Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Pokoknya tiap ada masalah bisa tuh dishare ama doi, curcol apapun bakal dilayanin dech. Sumpah, ini cewek paling lama mandinya.. entah apah yang dilakukan dikamar mandi…manicure, pedicure, kukur-kukur mungkin eaaa… #eakakak :D #piss
6.      Eni xxx.xxxxx…. “njuk ngono” hhaa.., logat temanggung yang kental dari cewek Pendidikan Tata Busana. Satu-satunya cewek yang ultah saat KKN ini sempat dijeburin ke Laooot….gilak, izinnya observasi laut tapi malah bikin surpsrise buat doi. Cewek yang hobi ngrajut ini sering banget tidur depan tipi, hikss… padahal itu kan tempat tidur buat kami para cowok-cowok #hoammm
7.      Yani Fitri….. yah! Cewek Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar ini paling sering pulang rumah, padahal kami belum pernah ngrasain yang namanya pulang kampong #gagadil! Ya eyalah, lha wong si Yani itu rumahnya didesa tempat kami KKN :D. Kalo kami kekurangan perlengkapan apapun, pasti ngrayu-ngrayu doi buat diambilin dirumahnya,,, (Maafkan kemanjaan kami :D)
8.      Rega, nah.. wajah cewek Pendidikan Guru Sekolah Dasar asal Jepara ini hampir mirip ma Eni. #piss. Doi paling sering nemenin saya nganter surat dari kecamatan  gitu, makasih yaah! Doi itu perawakannya masih kayak anak kecil kok, mungkin gara-gara calo guru SD mungkin ea, makanya jadi kek gitu :D
9.      Ummi, weisss…. Cewek Pendidikan Matematika asal Banyumas ini paling kalem dari cewek-cewek yang lain. Apa semua anak matematika itu serius gituh yaa.. heee. Doi jadi sekretaris diposko kami, paling rajin sih, tiap ada rapat-rapat gaje (red: gajelas) pasti dicatet ma doi, pulpen dan blocknote gag pernah ucul dari genggamannya :D
10.  Nah, the last its me, @erikdeka, Yah udah pada kenal. Cowok kelahiran Rembang ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Jawa sejurusan sama Aji gitu dech, hhmm tak ada yang special dariku, hanya mahasiswa biasa yang berproses menjadi luar biasa. Semoga terkabul ya Allah J.

Sunday 5 May 2013

Dumadine Kutha Lasem, Rembang (Sunan Bonang)

Tlatah iki dak jenenge BONANG, dumadi saka huruf ngarep jenenge kene.
B : Biang Song
O : Oman Maliki
N : Nawawi
A : Awaning
N : Nawas
G : Guntur
Iya, kuwi kang kocap saka Raden Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) sanalika dheweke lan rombongan ngidakake tanah ing bumi Jawa (Lasem–Rembang).
       Raden Makhum Ibrahim kuwi putrane Sunan Ampel kaliyan Nyai ageng Manila. Rikala cilik Raden Makhum Ibrahim kagolong bocah kang tlaten lan mangerteni marang agama. Kauripane uga ora kakurangan apa wae. Ora akeh crita kang nyritakake kahanane Sunan Bonang nalika isih cilik
       “Le, besok yen wis gedhe kudu bisa ngajarke kabecikan lan Islam” piwelinge Sunan Ampel marang anakke. Udakara umur 18 tahun, Raden Makhum Ibrahim lunga saka omah kanggo nyinauni babagan ajaran Islam kanthi njlimet. Dheweke lunga menyang Tar-Tar, Mongolia (Cina bagian kulon). Anggone nyinauni ajaran Islam ana kana tansah pratithis amarga kelingan karo piweleng Bapakke mau. “Aja nganthi aku ngajarake kesesatan marang liyan” gunemane ana bathin. Seprene suwi anggone ninggalake tlatah Jawa, Raden Makhum Ibrahim ora mangerteni kepriye kahanan kang ana ing tanah Jawa. Nganthi ana wong kang nyebarake ajaran sakliyane Islam ing tanah Jawa yaiku Dampo Awang.
       Dampo Awang, pimpinan Armada Laut saka Cina nduweni kekarepan ngajarke ajarane yaiku Kon Fu Chu. Dampo Awang lunga ana ing tanah Jawa lan mandhekake kapale ana ing Kragan (salahsijine Kecamatan ing Rembang). Anggone nyebarkae ajaran mau lumampah kaya dene miline banyu kali ana segara. Amarga ora ana prakara sing gawe anggel, ora let suwe Dampo Awang duweni abdi utawa pengikut kanthi akeh.
       Ora krasa anggone wis rolas tahun Raden Makhum Ibrahim ngangsu kawruh ngenani Islam ing tlatah Cina. Ana ing Tar-Tar Raden Makhum Ibrahim nduweni jeneng liya yaiku Nam Biang Song utawa Chimb. Sekirane cukup, Sunan Ampel banjur nusul putrane mau ana ing Mongolia lan ngajak balik ana tanah Jawa. Sunan Ampel ora langsung ngajak putrane balik ana ing Tuban (papan kaluwargane Sunan Bonang) ananging Sunan Bonang diutus ngajarake utawa gladi ngajarake agama Islam ana ing Makassar (Pulau Sulawesi). “Ing tanah Jawa kuwi luwih anggel anggone ngajarake Islam, anakku. Mula sadurunge menyang tanah Jawa, awakmu dladi disik ana ing Pulau seberang Kana” utuse Sunan Ampel marang Raden Makhum Ibrahim. Raden Makhum Ibrahim nurut marang apa kang kocap dening Bapakke.
       Raden Makhum Ibrahim miwiti ngajarke ajaran Islam kang wis ditrima saka Tar-Tar ana ing tanah Makassar. Dheweke uga ngadekake pesantren ana kana. Akeh uga masarakat kang dadi kenal marang agama Islam, sadurunge masarakat ana kana durung mangerteni agama Islam. Udakara telung tahun Raden Makhum Ibrahim ngajarake Islam ana Makassar banjur dheweke balik menyang tanah Jawa. Saka Makassar Raden Makhum Ibrahim dikancani lima pengikute yakuwi Oman Maliki, Nawawi, Awaning, Nawas, lan Guntur.
       Dampo Awang mangerteni bakal ana wong kang bakal ngajarake Islam ana ing tanah Jawa, dheweke was-was ngenteni tekane wong mau. Dampo Awang ora pengen apa kang diajarake dheweke saksuwene iku sirna amarga teka wong kang bakal ngajarake Islam. 
       Raden Makhum Ibrahim lan rombongan menyang ana tanah Jawa kanthi Kapal. Sabenere dheweke lan rombong duwene kekarepan balik ana Tuban, ananging kasunyatan nemtuake beda, dheweke lan rombong napakake sikil ana ing Lasem (Salahsijine kecamatan ing Kabupaten Rembang). Ing papan iki uga Dampo Awang ngadek dadi panguwasa kanthi ajaran Kon Fu Chu. Satibane Raden Makhum Ibrahim lan rombongan ana ing Lasem, dheweke Kaget. Mangerteni masarakat ana kana pada sesembahan marang patung Cina sing digawa dening Dampo Awang.
       Raden Makhum Ibrahim lan rombongan ketemu karo Dampo Awang lan pada wawan rembug. “Sapa kowe, lan ana prelu apa mrene?” pitakone Dampo Awang marang Raden Makhum Ibrahim. “Aku, Nam Biang Song. Wong kang bakal ngajarake Islam ana ing tlatah iki” wangsulane Raden Makhum Ibrahim. “Hahaha......, masarakat ana kene wis dadi duwekku. Ajaranku paling bener lan wis akeh pengikutku” wangsulane Dampo Awang karo gumuyu. “Ananging kuwi ora dadi alangan kanggo aku lan rombongan kanggo ngajarke kabeneran” wangsulan balik Raden Makhum Ibrahim. Amarga masarakat wis pada kena omongan saka Dampo Awang lan pancen wis suwe uga Dampo Awang ana ing tlatah Lasem, akeh masarakat sing luwih milih ajarane Dampo Awang tinimbang Raden Makhum Ibrahim. Kahanan sing kaya ngene dadekake Dampo Awang bunggah lan yakin ajarane bakal awet ana ing tlatah Lasem iki. Ananging ora kentekan akal Raden Makhum Ibrahim anggene ngajarkae Islam ana ing tlatah Lasem iki, dheweke ngajarake Islam nganthi piranthi-piranthi kang ngundang kaendahan. Ngajarake Islam kanthi nggunakake suluk-suluk kang endah yen ditembangake. Masarakat kana uga asring keprungu swara Adzan kang dikumandangake dening Raden Makhum Ibrahim lan gawe sengseme masarakat ana kana. Sithik saya sithik masarakat ana ing tlatah lasem pada kenal lan seneng nyinauni ngenani Islam.
       Mangerteni kahanan kang kaya ngono, gawe nesune Dampo Awang. Dampo Awang mbujuk masarakat menawa ajarane kuwi ajaran kang paling bener, ananging kayata piring kawalik. Saiki masarakat luwih milih ajaran saka Raden Makhum Ibrahim lan rombongan saka Makassar. Dampo Awang pengen ketemu lan duweni kekarepan nyingkirake Raden Makhum Ibrahim saka tanah Lasem. “Raden Makhum Ibrahim ingkang kinurmatan” sapane Dampo Awang marang Raden Makhum Ibrahim, “Ana apa Dampo Awang?” wangsulane Raden Makhum Ibrahim. “Aku jaluk tulung supaya awakku ninggalakake tlatah iki kanthi damai” Dampo Awang mangsuli. “Ora bisa Dampo Awang, wis dadi kuwajibanku ngajarake Islam ana tlatah kene”. Wangsulan Raden Makhum Ibrahim kang kaya ngene gawe getem-geteme Dampo Awang. Tanpa aba-aba Dampo Awang nyerang Raden Makhum Ibrahim, lan nyoba mateni wong kang dianggap mungsuhe kuwi. Perang gedhe kadadeyan ana ing bumi Lasem, amarga Dampo Awang ora bisa nyaingi ilmukang diduweni Raden Makhum Ibrahim dheweke kalah ana perang. Ananging Raden Makhum Ibrahim uga rada parah lan nipakake catu ana ing tanggane.
       Amarga dirasa ora duweni kadigdayan kanggo nglawan Raden Makhum Ibrahim, Dampo Awang banjur balik ana ing Cina. Dampo Awang ora langsung bisa nerima kalahe dheweke saka Raden Makhum Ibrahim. Ing tanah Cina dheweke golek bala bantuan kanggo numpas Raden Makhum Ibrahim anggene ngajarake agama Islam. Ora let suwe, Dampo Awang balik maneh saka Cina mara ing tanah Jwa kanggo nglawan Raden Makhum Ibrahim maneh. Dampo Awang lan rombongane lelunga gawa kapal kang gedhe lan nduweni parabot-parabot kanggo perang kang akeh lan sekirane cukup kanggo numpesake Raden Makhum Ibrahim.
       Perang gedhe kalakon maneh ana ing tlatah Lasem kuwi, Raden Makhum Ibrahim mung bisa ngelus dada lan isgtifar. Mangerteni kahanan kang kaya ngene Dampo Awang wis yakin bisa numpesake Raden Makhum Ibrahim, amarga Raden Makhum Ibrahim ora duweni kapal perang lan mesthi bakal mati yen serbu pasukan kang akehe ora jamak iki. Dampo Awang lan pasukane nyoba nembaki Raden Makhum Ibrahim nganggo peluru kang ana ing kapal. Dikira wis mati, banjur Dampo Awang nydaki Raden Makhum Ibrahim. Gumunake, kuwi kang ana ing pikirane Dampo Awang. Raden Makhum Ibrahim wis kena peluru kang ora ketung jumlahe, ananging dheweke isih ngadek jejek ana sangarepane. Saiki gantian piwalese Raden Makhum Ibrahim marang Dampo Awang. Raden Makhum Ibrahim nyaduk Dampo Awang lan Kapale sakencenge, sanalika iku uga Dampo Awang lan Kapale mlethik mak pletik adoh saka paningalipun Raden Makhum Ibrahim.
      Sakbibare, perang gedhe kuwi Dampo Awang ora tahu mecunggul maneh. Raden Makhum Ibrahim bisa ngajarake Islam kanthi satuhu lan bisa ngadekake pesantren ana ing tanah Lasem kuwi.
       Pungkasane crita, Raden Makhum Ibrahim kasebut Sunan Bonang. Sunan Bonang dikenal ora mung ing tlatah Jawa. Sunan Bonang uga wis dadi tokoh misuwur ing Indonesia.

Narasumber cerita:
1. Mohammad Lazim selaku Juru Kunci Makam Sunan Bonang di Tuban.
2. Nyamini selaku narasumber penduduk kota Rembang.
3. Warga Lasem, Kabupaten Rembang.